pustaka

Jumat, 03 Mei 2013

METODE PENGUJIAN ASPAL


METODE PENGUJIAN
KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES
SNI 03-2417-1991

RUANG LINGKUP :
Metode pengujian ini dapat digunakan untuk mengukur keausan agregat kasar.

RINGKASAN :
Metode pengujian ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.
Peralatan yang digunakan sebagai berikut: mesin Abrasi Los Angeles, saringan No. 12 (1,7 mm), timbangan, bola-bola baja dan oven.
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut: berat dan gradasi benda uji sesuai daftar "Gradasi dan Berat Benda Uji, bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 ±5) ̊̊ C sampai berat tetap.
Prosedur pengujian sebagai berikut: benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi,
putarkan mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan No. 12 (1,7 mm): Butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai berat tetap. Hitung prosentase angka keausan.
Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton.

METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS SARINGAN
NO. 200 (0,075 MM)SNI 03-4142-1996

RUANG LINGKUP
Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan, cara pengujian agregat untuk menentukan persen bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm).

RINGKASAN
Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam AgregatYang Lolos Saringan Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan nomor 200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih. Tujuannya adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm), sehingga berguna bagi perencana dan pelaksana pembangunan jalan.Peralatan yang digunakan adalah : saringan Nomor 200 (0,075 mm) dan Nomor 16 (1,18 mm), wadah untuk mencuci, timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1 % dari berat benda uji,dan oven.
Bahan pembersih yang digunakan adalah bahan pembersih seperti detergent atau sabun.Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dengan berat tergantung pada ukuran maksimum agregat.Persiapanpelaksanaan yakni menyiapkan peralatan yang akan digunakan,tulis identitas benda uji ke dalam formulir pengujian,saring contoh agregat sesuai SNI-1969-1990, tentang Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar, untuk mengetahui ukuran maksimum agregat,siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan melalui alat pemisah contoh, tentukan beratnya sehingga memenuhi ketentuan.
Pelaksanaan Pengujian diantaranya; Timbang wadah tanpa benda uji,timbang benda uji dan masukan ke dalam wadah,masukan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih ke dalam wadah, sehingga benda uji terendam,aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan sempurna antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm). Usahakan bahan halus tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci sehingga mempermudah memisahkannya,tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1,18 mm) yang di bawahnya dipasang saringan Nomor 200 ( 0,075 mm ) pada waktu menuangkan air pencuci harus hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang,ulangi pekerjaan butir (3), (4) dan (5), sehingga tuangan air pencuci terlihat jernih,kembalikan semua benda Uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1.18 mm) dan Nomor 200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu (110±5)°C, sampai mencapai berat tetap, dan timbang sampai ketelitian maksimum 0,1 % dari berat contoh,dan hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm).



METODE PENGUJIAN  TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
SNI 03-1968-1990

RUANG LINGKUP :
Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat  kasar.

RINGKASAN :
Metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat  kasar dengan menggunakan saringan, tujuannya untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran.
Analisa saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka prosentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Peralatan yang digunakan ; timbangan, satu set saringan, oven, alat pemisah, mesin guncang jaringan, talam dan alat lainnya.
Benda uji berupa jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan banyak.
Berat minimum benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Agregat halus terdiri dari ;
  ukuran maksimum 4,76 mm; berat minimum 500 gram
  ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram
 Agregat kasar antara lain terdiri dari ;
• ukuran maksimum 3,5"; berat minimum 35 kg
• ukuran maksimum 2,5"; berat minimum 25 kg
• ukuran maksimum 1"; berat minimum 10 kg.
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan no. 4.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut ; benda uji dikeringkan dalam oven, dengan suhu (110 +5) derajat celcius, sampai berat tetap. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas, saringan diguncang dengan tangan atau mesin selama 15 menit kemudian hitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring. Hasil pengujian ini dapat digunakan antara lain: untuk penyelidikan quarry agregat, untuk perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.




METODE PENGUJIAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
SNI 03-1969-1990


RUANG LINGKUP :
Metode pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat kasar, yaitu yang tertahan oleh saringan
berdiameter 4,75 mm (saringan No. 4).

RINGKASAN :
Metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan dari agregat kasar. Tujuannya untuk memperoleh angka berat jenis tersebut dan angka penyerapan.
Peralatan yang digunakan antara lain keranjang kawat No. 6 atau No. 8, tempat air, timbangan, oven, saringan No. 4.
Benda uji adalah agregat yang tertahan oleh saringan berdiameter 4,75 mm (saringan No. 4), yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara penempatan, sebanyak kira-kira 5 kg.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut: cuci benda uji, keringkan dalam oven, kemudian dinginkan. Timbang dengan ketelitian 0,5 gr (Bk), rendam benda uji dalam air selama 24 jam. Selanjutnya keluarkan benda uji dari air lalu ditimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj), letakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya lalu tentukan beratnya di dalam air (Ba). Kemudian hitung berat jenis curah, berat jenis kering - permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
Berat Jenis curah = Bk / Bj – Ba
Berat jenis kering - permukaan jenuh = Bj / (B – Ba)
Berat jenis semu = Bk /(Bk – Ba)
Penyerapan = 100 ( Bj – Bk) /Bk
Bk  :  berat benda uji kering oven;
B    : berat benda uji kering oven permukaan jenuh;
Bj:  berat benda uji kering oven permukaan jenuh di dalam air;

Hasil pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan; penyelidikan quarry agregat; perencanaan campuran, pengendalian mutu beton, perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan.




METODE PENGUJIAN
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
SNI 03-1970-1990


RUANG LINGKUP :
Metode pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus yaitu lolos saringan No. 4 (4,75 mm).

RINGKASAN :
Metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan Jenuh, berat jenis semu dan angka penyerapan dari agregat halus. Tujuannya untuk mendapatkan angka berat jenis tersebut dan angka penyerapan.
Peralatan yang digunakan antara lain : timbangan, piknometer, saringan No. 4, oven, desikator, dll. Benda uji adalah agregat yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm} diperoleh dari alat pemisah contoh atau
cara penempatan sebanyak 100 gr. Prosedur pengujian sebagai berikut: keringkan benda uji dalam oven selama 2 Jam, dinginkan
kemudian rendam dalam air seiama (24 + 4) jam. Buang air perendam dan keringkan di udara panas sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.Setelah tercapai kering permukaan jenuh masukkan 500 gr benda uji ke dalam piknometer, lalu rendam piknometer dalam air, kemudian tambahkan air sampai mencapai tanda batas. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt). Keluarkan benda uji, lalu keringkan dalam oven dan dinginkan dalam desikator, kemudian timbang (Bk).Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar 250C (B). Hitung berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Berat jenis curah  = Bk / (B + 500 – Bt)
Berat jenis kering - permukaan jenuh  = 500 / (B =+ 500 – B)
Berat jenis semu  = B k /(B + Bk– B t)
Penyerapan  =100 (500 – Bk) /Bk

Bk  :  berat benda uji kering oven;
B :  berat piknomneter berisi air;
Bj  :  berat p[iknometer berisi benda uji dan air;
Ba :  berat berat benda  uji kering oven permukaan jenuh.


PENGUJIAN KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL
Revisi SNI 03-2439-1991

Ruang lingkup
Standar ini menetapkan cara untuk menguji ketahanan penyelimutan film aspal pada permukaan suatu agregat. Pengujian ini diterapkan pada aspal cair, aspal emulsi, dan aspal semi padat.
Cara uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-aspal. Jenis aspal yang diterapkan dalam cara uji ini meliputi aspal cair, aspal emulsi, dan aspal semi padat.
Penyelimutan agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan agregat yang diselimuti aspal terhadap permukaan agregat.Alat dan bahan yang digunakan adalah cawan, timbangan, pisau pengaduk (spatula), oven, saringan, agregat, air suling, dan aspal.
Bahan
Agregat
Air suling
Jika perlu, air suling dididihkan lagi atau disuling ulang sehingga mempunyai pH antara 6,0 dan 7,0.Jangan menggunakan elektrolit jenis apapun untuk mengoreksi pH.
 Aspal
Bila evaluasi jenis aspal telah diusulkan, gunakan aspal dari jenis, kelas, dan sumber yang diusulkan tersebut untuk digunakan pada pelaksanaan pekerjaan [lihat 8.a)].Bila diusulkan menggunakan bahan tambah (additives), tambahkan pada aspal dalam jumlah yang ditentukan dan aduk dengan sempurna sebelum pengujian.

Ringkasan cara uji sebagai berikut:
- Agregat yang telah dipilih dan disiapkan dilapisi dengan aspal pada temperatur yang
telah ditentukan, sesuai dengan kelas (grade) aspal yang digunakan.
 -Bila digunakan aspal cair (cut back asphalt), agregat yang diselimuti aspal dibiarkan
pada temperatur 60̊ C. 
- Bila digunakan aspal emulsi, agregat yang diselimuti aspal dibiarkan pada temperature 135̊ C. 
- Setelah penyelimutan, bila digunakan aspal semi padat, atau setelah mengikat untuk
aspal cair, aspal emulsi, agregat yang terselimuti direndam dalam air suling selama (16 – 18) jam pada temperatur ruang. 
Ringkasan metode uji  Agregat yang telah dipilih dan disiapkan dilapisi dengan aspal pada temperatur yang telah ditentukan, sesuai dengan kelas (grade) aspal yang digunakan. Bila digunakan aspal cair (cut back asphalt), agregat yang diselimuti aspal dibiarkan pada temperatur 60 C. Bila digunakan aspal emulsi, agregat yang diselimuti aspal dibiarkan pada temperatur 135C. Setelah penyelimutan, bila digunakan aspal semi padat, atau setelah mengikat untuk aspal cair, aspal emulsi, agregat yang terselimuti direndam dalam air suling selama 16 jam sampai dengan 18 jam. Pada akhir periode perendaman dan campuran agregat-aspal masih di dalam air, luas total permukaan agregat yang masih diselimuti film aspal diperkirakan secara visual dengan nilai “di bawah 95%” atau “di atas 95%”.



METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS  YANG TIDAK DIPADATKAN
SNI 03-6877-2002

Ruang Lingkup
Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada agregat yang gradasinya diketahui, kadar rongga dapat menjadi indikator angularitas, bentuk butir dan tekstur permukaan relatif terhadap agregat halus lain dengan gradasi yang sama. Bila pengujian dilakukan terhadap agregat halus sesuai gradasi yang akan digunakan di lapangan, kadar rongga merupakan indikator terhadap kemudahan pengerjaan suatu campuran.


Ringkasan
Kadar rongga agregat halus dalam ruang diantara butir-butir agregat yang tidak diisioleh partikel yang padat.
Ada tiga prosedur untuk menentukan kadar rongga. Dua prosedur digunakan untuk agregat halus dengan gradasi tertentu (gradasi standar atau yang gradasinya telah diketahui) dan satu prosedur lagi digunakan untuk contoh yang terdiri atas fraksi tertentu agregat.

Peralatan
1 Silinder Pengukur
Silinder pengukur dengan kapasitas kurang lebih 100 ml dengan diameter dalam kira-kira 39 mm, dan tinggi bagian dalam kurang lebih 86 mm yang dibuat dari pipa tembaga sesuai spesifikasi B 88, jenis M atau B 88 M jenis C. Alas silinder harus terbuat dari logam dengan tebal minimum 6 mm, dan harus dipasang rapat pada silinder. Pada bagian bawah alas silinder harus dilengkapi dengan takikan yang berfungsi mensentriskan sumbu silinder dengan corong.
2 Corong
Diameter lubang terkecil corong adalah (12,7 ± 0,6) mm, dinding bagian bawah corong minimum 38 mm. Corong harus terbuat dari logam dengan permukaan bagian dalamnya halus. Volume corong minimum adalah 200 ml atau harus dilengkapi dengan tabung gelas atau logam sehingga memenuhi persyaratan volume tersebut.
3 Penyangga Corong
Penyangga corong harus mampu menyangga corong sehingga sumbu corong
berhimpit dengan sumbu silinder pengukur (ketelitian sumbu adalah 40 dan jarak horisontal 2 mm). Lubang terkecil corong harus berada (115 ± 2) mm di atas permukaan silinder.
4 Pelat Kaca
Pelat kaca berukuran 60 mm x 60 mm, dengan tebal minimum 4 mm digunakan untuk
mengkalibrasi silinder pengukur.
5 Pan
Pan logam atau plastik dengan ukuran yang cukup untuk menampung penyangga corong serta mencegah terbuangnya bahan. 
6 Spatula Logam
Spatula logam dengan panjang bilah 100 mm dan lebar minimum 20 mm dengan sisi-
sisi yang lurus. Ujung spatula harus tegak lurus terhadap sisi-sisi spatula.Spatula digunakan untuk meratakan agregat halus.
7 Timbangan dengan ketelitian ± 0,1 gram, yang mampu menimbang silinder pengukur beserta isinya.





TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH AGREGAT
SNI 03-6889-2002


Ruang lingkup
Tata cara ini meliputi tata cara pengambilan contoh (sampling) agregat kasar dan halus yang digunakan untuk penyelidikan pendahuluan sumber potensial, pengendalian produksi pada sumber persediaan,pengendalian pelaksanaan lapangan dan penerimaan atau penolakan bahan (material).

Ringkasan
Contoh agregat adalah material yang diambil dari satu kelompok material dengan cara tertentu sehingga mewakili kelompok tersebut.

Peralatan untuk sumber agregat potensial,adalah; cangkul,linggis,sekop,belincong,meteran,timbangan,dan satu set saringan ukuran 2,36 mm sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Peralatan untuk sumber batuan kompak,adalah ; sekop,belincong,meteran,timbangan,dan satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm.
Peralatan untuk tumpukan kerucut,adalah; pipa baja,cangkul,sekop,belincong,meteran,timbangan, dan satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm.
Peralatan untuk tumpukan trapesium,adalah; pipa baja,cangkul,sekop,belincong,meteran,timbangan, dan satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm.
Peralatan untuk agregat dari ban berjalan, adalah; template,sekop laboratorium,timbangan,satu set saringan ukuran 2,36 mm sampai 90 mm,dan kuas 75 mm.

TAHAPAN PEKERJAAN JALAN


Tahapan Pekerjaan Jalan

1. Pembersihan lahan
Sebelum jalan dibangun maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembersihan lahan,  baik pembersihan  dari pohon-pohonan maupun akar-akar pohon,dan  pemerataan tanah dengan menggunakan alat-alat  seperti excavator.

2. Pemerataan Tanah
Setelah lahan dibersihkan,  kemudian dilakukan pekerjaan pemerataan tanah  dengan mengunakan buldozer. Untuk memindahkan tanah bekas galian  digunakan dump truk

  3. Penghamparan material pondasi bawah
Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali dengan mengunakan transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan  dengan mengunakan alat tandem roller.  Pekerjaan perataan dengan tandemroller dilakukan lagi pada saat pengamparan lapis pondasi atas dan lapis permukaan gunanya untuk pemadatan. Pada saat penghamparan lapis pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urukan dengan alat theodolit  dan perlengkapanya.

4. Penghamparan lapisan asphalt.
Setelah selesai penghamparan material untuk lapisan pondasi bawah baru dilakukan proses selanjutnya adalah penghamparan asphalt  yang sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu hingga mencair.
Untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher. Setelah asphalt berhasil dilemparkan dengan elevasi jalan raya yang telah diukur mengunakan theodolit sesuai pekerjaan perencanaan selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan

5.Tahap finishing
Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan  dan perataan jalan raya dengan alat peneumatic roller
Jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut :
Keterangan:  Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis seperti kue lapis, dengan tujuan untuk dapat menerima beban dan menyebarkan beban serta meneruskan beban kebawahnya. Biasanya material yang dipakai untuk perkerasan lapisan jalan raya adalah semakin kebawah semakin berkurang kwalitasnya. Karena lapisan yang ada dibawahnya semakin sedikit menerima beban. Lapisan tersebut dapat dilihat seperti yang ada dibawah ini.

1.Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan ini terletak paling atas pada jalan raya. Lapisan yang langsung bersentuhan dengan  pijakan atau, lapisan yang langsung bersentuhan dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban  roda kendaraan. Lapisan Permukaan tersebut juga memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi  lapisan pondasi yang ada dibawahnya. Sehingga air mengalir kesaluran samping bagian jalan raya, tahan terhadap kehausan akibat gesekan rem kendaraan dan diperentukan untuk meneruskan beban kendaraan kelapisan bagian bawahnya.

2.Lapisan Pondasi atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas terletak pada bawah lapisan permukaan. Lapisan ini berfungsi terumata untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan meneruskan kelapisan bawahnya, Sebagai bantalan untuk lapisan permukaan, dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah Material yang digunakan untuk lapisan ini adalah harus material dengan kwalitas yang tinggi sehingga kuat menahan beban untuk yang direncanakan.

3.Lapisan  Pondasi bawah (Subbace Course)
Lapisan Pondasi bawah adalah  berada dibawah lapisan pondasi atas, dan diatas lapisan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban lapisan pondasi bawah kelapisan tanah dasar. Untuk menghemat material yang digunakan untuk lapisan atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu lapisan pondasi baawah juga berfungsi untuk mencegah partikel halus yang masuk kedalam material perkerasn dan melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.

4.Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan Tanah Dasar adalah bagian terbawah dari lapisan pondasi jalan raya, Apabila kondisi   tanah pada lokasi pembangunan jalan yang spesipikasi yang direncanakan maka tanah tersebut akanlangsung dipadatkan dengan mengunakan alat. Tebalnya berkisar diantara 50-100 cm. Fungsi utamanya adalah sebagai perletakan jalan Raya.

 I.2 Maksud dan Tujuan                                                                                                                                          Maksud dan tujuan dari uraian Metode Pelaksanaan ini adalah untuk menjelaskan secara garis besar uraian tahapanpelaksanaan dari pekerjaan pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang, sehingga dapat dilihat keterkaitan darimasing masing pekerjaan maupun antar pekerjaan terhadap spesifikasi yang telah disyaratkan. Dalam metode ini juga akan digambarkan pelaksanaan pekerjaan dengan memperkecil gangguan terhadap lalulintas

I.3 Lokasi Pekerjaan dan Lingkup Pekerjaan
Lokasi pekerjaan ini berada di wilayah Propinsi Sumatera Utara, dengan lingkup pekerjaan antara lain :

Pekerjaan persiapan yang meliputi pekerjaan mobilisasi, persiapan fasilitas penunjang, pengukuran,pengujianbahan, dll.
Pekerjaan tanah yang akan meliputi pekerjaan pembersihan / pengupasan top soil, galian dan timbunan tanahuntuk pekerjaan pelebaran jalan dan bahu jalan.
Pekerjaan lapisan kontruksi perkerasan pada pelebaran jalan yang terdiri dari timbunan pilihan, lapis pondasiAgregat B, Agregat A, AC Base, AC Blinder dan AC WC.
Pekerjaan drainase yang meliputi pekerjaan galian untuk saluran drainase
Pekerjaan Overlay diatas existing jalan berupa AC BC dan AC WC, dimana pada beberapa bagian jalansebelum dihampar AC-BC akan diratakan dengan menggunakan AC BC Leveling.
Pekerjaan bahu jalan yaitu menggunakan Aggregat S dan Latasir kelas A.
Pekerjaan Minor.

II. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Metode pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan dibawah ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan tata carapelaksanaan yang menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir, yang disusun berdasarkan dokumenlelang, gambar teknis, dan spesifikasi. Penjelasan ini akan meliputi :
Program Mobilisasi
Pengendalian Mutu Pekerjaan

Uraian Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

II.1 Program Mobilisasi
Program mobilisasi yang akan diuraikan didalam bagian ini adalah untuk memberikan penjelasan dan penjabaranmengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh PT. Seneca Indonesia didalam masa mobilisasi, program mobilisasi inimeliputi :

1. Lokasi dan Lahan untuk Base camp
Dalam melaksanakan pekerjaan
Peningkatan Kapasitas Jalan Indrapura Lima Puluh B
ini PT. Seneca Indonesiaakan menggunakan base camp PT. Seneca Indonesia yang terletak di Sumatera Utara, Kp. Yaman, Labuhan Batu.Lokasi base camp terletak di Km. 225+000 dan lokasi ini berjarak ± 6.9 jam dengan kecepatan rata-rata40km/jam. Untuk menunjang pekerjaan dilapangan, PT. Seneca Indonesia akan menyewa lahan dekat denganlokasi pekerjaan. Pada lokasi base camp ini telah tersedia fasilitas dan peralatan sebagai berikut :a.

Kantor Unit Produksib.Gudangc.Laboratoriumd.,Workshop / bengkele.Asphalt Mixing Plantf.Stone Crusherg.Truck Scaleh.Generator Seti.

DllSedangkan untuk kantor proyek / kantor lapangan yang akan memonitor jalannya pelaksanaan pekerjaan, makaPT. Seneca Indonesia akan mengadakan (penyewaan) lahan tambahan yang akan dicari didekati lokasi proyek.
 

2. Laboratorium
Untuk melakukan pengendalian mutu pekerjaan dalam pelaksanaan paket proyek ini, maka PT. SenecaIndonesia akan menggunakan laboratorium utama yang telah dimiliki yang berlokasi di Base camp PT. SenecaIndonesia di Sumatera Utara , Kp. Yaman Labuhan Batu Km 255+000. Pada Laboratorium tersebut telahtersedia peralatan untuk pengujian tanah, pengujian agregat, pengujian aspal dan pengujian beton. Untukmenunjang kecepatan didalam memonitor mutu hasil pekerjaan di lapangan, maka PT. Seneca Indonesiaakan mengadakan laboratorium tambahan yang akan berlokasi di lahan kantor proyek. Pada laboratorium kedua ini akan dilengkapi dengan beberapa peralatan laboratorium untuk pengujian tanah dan pengujianbeton, termasuk peralatan untuk pengujian kepadatan tanah / lapis pondasi agregat di lapangan dengansand cone.

3. Daftar Mobilisasi Personil
Pelaksanaan pekerjaan paket proyek ini mengusulkan staf inti proyek yang terdiri dari :
General Super Intendent

Highway Engineer
 Material Engineer.
 Quantity enginner.
 Petugas K3Tenaga kerja yang akan diadakan / dimobilisasi ke lapangan untuk melaksankan pekerjaan paket pyoyek ini,akan terdiri dari :a.
 Mandorb.
 Pekerja terlatihc.

Pekerja BiasaSeluruh staf inti proyek tersebut beserta staf lainnya sesuai dengan usulan di dalam Struktur Organisasi Kerja,akan dimobilisasikan ke lokasi proyek dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari sejak diterbitkan Surat Perintah MulaiKerja (SPMK). Sedangakan mobilisasi tenaga kerja akan disesuaikan dengan kebutuhan yang tercermin dariRencana Kerja/Schedule.

4. Mobilisasi Peralatan
Daftar jenis peralatan yang akan dimobilisasi ke lapangan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan utamapada paket proyek ini, sesuai dengan kebutuhan alat untuk melaksanakan pekerjaan.

. Pengukuran Lapangan dan Shop Drawing
Dalam periode mobilisasi ini, PT. Seneca Indonesia akan melakukan pengukuran berdasarkan data titikdasar dan titik tetap ( Bench Mark ) kerangka dasar eksisting, selanjutnya diikuti dengan pemasangan BenchMark, pengukuran poligon, pengukuran sipat datar, pengukuran situasi detail dan staking out. Hasil dariPengukuran ini akan disajikan dalam bentuk gambar sesuai skala gambar yang ditentukan dalam spesifikasiteknis, yang akan menghasilkan gambar kerja (shop drawings )
berupa gambar situasi, potongan memanjangdan usulan potongan melintang ( profil desain). Gambar kerja tersebut akan dimintakan persetujuannya dariPengawas Proyek / Direksi. Gambar kerja yang telah disetujui tersebut kemudian akan menjadi dasarpelaksanaan pekerjaan dilapangan (Site Execution ).
6. Analisa Sumber Material (Quarry)
Uraian mengenai analisa sumber material ini dimaksudkan untuk memberi gambaran secara rinci bagaimanabahan dan material dasar untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini diperoleh, bagaimana dan dimanaproses pengelolahanpencampuran akan dilakukan serta bagaimana proses pengangkutan material tersebutke lokasi proyek yang dikaitkan dengan pengendalian lalu lintas (traffic management ).Pembahasan analisa sumber bahan ini akan dibatasi pada beberapa bahan/ material dasar utamayangdiperlukan antara lain :1.

BoulderBoulder yang akan digunakan diambil dari quarry silumajang dengan jarak rata-rata sekitar ± 24 km dariBase camp. Boulder / Batu Belah yang sudah terseleksi kualitasnya tersebut akan diproses untuk dijadikanbatu pecah (agregat kasar, agregat halus dan abu batu) yang kemudian akan digunakan sebagai campuran :1.

AC WC2.

AC BC / AC BC Leveling3.

AC Base4.

Agregat Kelas A5.

Agregat Kelas B6.

Agregat Kelas SPemecahan boulder menjadi batu pecah akan menggunakan mesin pemecah batu (
Stone crusher 
) sedangkanuntuk pencampuran menjadi aspal panas (
hotmix 
) adalah menggunakan Asphalt Mixing Plant.2.

Batu untuk pekerjaan pasanganMaterial batu yang akan digunakan untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar (saluran) danpasangan batu (tembok penahan tanah) akan diambil dari lokasi quarry didaerah Kulu Serono. Material yangtelah terseleksi sesuai persyaratan spesifikasi akan diangkat ke lokasi proyek dengan menggunakan angkutandari suplier (diterima ditempat).
 
3.

Pasir pasangMaterial pasir yang akan digunakan untuk pekerjaan pasangan batu akan diambil dari quarry di daerahTanjung Balai yang berjarak sekitar ± 79 km ke lokasi pekerjaan. Material tersebut akan diangkut denganangkutan dari suplier ( diterima ditempat ).4.

Timbunan biasa dan timbunan pilihanMaterial timbunan biasa diambil dari lokasi quarry dengan jarak angkut 15 km ke lokasi pekerjaan.Sedangkan untuk material timbunan pilihan akan diambil dari quarry yang berjarak 60 km ke lokasipekerjaan.5.

AspalAspal yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran aspal adalah dari jenis aspal minyakyang mempunyai titik lembek 48°C. Aspal Minyak tersebut akan diangkut dengan menggunakan tangkiaspal langsung dari lokasi gudang supplier ke lokasi base camp utama PT. Seneca Indonesia. Pengujian awalterhadap penetrasi dan titik lembek aspal akan selalu dilakukan sebelum aspal tersebut dibongkar di basecamp, kemudian pemeriksaan kedua akan dilakukan lebih detail di laboratorium, sebelum aspal tersebutdapat diterima.6.

Bahan Aditif Anti PengelupasanBahan Aditif Anti Pengelupasan yang akan digunakan untuk campuran aspal panas akan diangkutlangsung dari lokasi gudang supplier ke lokasi base camp utama PT. Seneca Indonesia (diterima ditempat).7.

Baja TulanganBaja tulangan akan didatangkan da di stock oleh supplier kelikasi penyimpanan bahan dekat lokasikantor lapangan, yaitu setelah hasil pemeriksaan kwalitas baja tulangan tersebut lolo uji.
II.2 Pengendalian Mutu Bahan Dasar dan Pekerjaan
Untuk memantau dan menjamin mutu bahan dan hasil pekerjaan, maka PT. Seneca Indonesia akan mengusulkanlaboratorium utama di base camp Kp. Yaman Labuhan Batu dan laboratorium penunjang yang akan diadakan di lokasiproyek. Laboratorium ini dilengkapi dengan minimal uji, antara lain :a.

Pemeriksaan / pengujian tanah
Kepadatan laboratorium
CBR Laboratorium
Berat jenis tanah
Batas batas Atterberg
Analisa saringan
Kadar air
Kepadatan lapangan dengan metode kerucut (sand come)
Pemeriksaan / pengujian beton
Slump test 
Cube/cylinder moulds
C. Untuk pemeriksaan / uji aspal
Pengujian metode Marshall
Ekstraksi dengan metode sentrifugal
Ekstraksi dengan metode Refluks
Berat jenis agregat kasar
berat jenis agregat halus
Pengeboran benda uji inti (core drill)
Termometer logam
Penetrometer
Titik lembek
Dan perlengkapan / peralatan lain.Pengendalian mutu bahan dan hasil pekerjaan di lapangan akan dilakukan dengan berpedoman pada beberapareferensi (standar rujukan) sebagai berikut :
Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus (bila ada)
Standar AASHTO dan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Prosedur pengendalian mutu dalam Sistem Manajemen Mutu PT. Seneca Indonesia sesuai ISO 9001 2008Pengendalian mutu ini akan dilakukan sejak pengadaan seluruh bahan dasar yang akan digunakan dalam pekerjaan ini.Pengendalian mutu ini dijalankan untuk memeriksa dan menjamin bahwa bahan-bahan yang digunakan dalampekerjaan ini telah memenuhi atau melebihi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Pemeriksaan mutu bahantersebut akan dilakukan secara
intern
PT. Seneca Indonesia dengan melibatkan
Quality 
Control (Material Engineer)
 tingkat pusat dan di lapangan. Hasil pengendalian mutu secara intern ini, selanjutnya akan diperiksakan secara externdengan melibatkan pihak external untuk mendapatkan persetujuan, dalam hal ini adalah dari konsultan supervise danDireksi Pekerjaan.Untuk gambaran lebih jelas mengenai pengendalian mutu ini, dapat di lihat dalam flow chart yang melampiri dokumenini.
II.3 Uraian Metode Kerja1.

 a. Pekerjaan Umum ( Persiapan )
Memobilisasi GS, staf inti dan pelaksana serta peralatan konstruksi .
b.Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait didaerah dimana lokasi proyek berada, khususnyadengan pihak kepolisian untuk menentukan waktu / jam kerja yang diijinkan dan yang terbaik ditinjaudari segi kepadatan lalu lintas.
c.Menyiapkan peralatan komunikasi untuk petugas lapangan, agar dapat berkomunikasi dengan base campsehingga selalu terpantau kondisi kepadatan lalu lintas dilapangan.
d.Menyiapkan kantor lapangan dan fasilitas penunjang.
e.Melakukan pengukuran lapangan dan pembuatan shop drawings.
f.Melakukan dokumentasi (photo) pada kondisi progres nol persen.g.

Bila diperlukan, melakukan pengujian tanah (soil investigations) untuk mengetahui secara teliti kondisitanah yang sebenarnya , khususnya didalam mengantisipasi pelaksanaan pekerjaan peebaran jalan.h.

Melakukan pengujian bahan dasar yang akan digunakan termasuk pembuatan job mix formula.i.

Menentukan tempat pembuangan hasil pembersihan dan tanah galian yang tidak dapat dipakai untukkonstruksi.
2.Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Pelaksanaan pekerjaan pengembalian kondisi jalan (minor) akan dimulai dengan menginventariskan kondisipermukaan existing jalan saat dilakukan Field Engineering. Dari hasil FE (
 field engineering
) tersebut akandidapat lokasi-lokasi yang mengalami kerusakan yang perlu dikembalikan kondisinya dengan menggunakancampuran aspal panas. Pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan dalam periode mobilisasi.
3.Pekerjaan Tanah
a.Setelah hasil pengukuran dan hasil pengujian tanah serta usulan shop drawings termasuk didalamnyasistem pengendalian lalu lintas disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan tanah untuk pondasipelebaran jalan dapat dimulai dengan terlebih dahulu melakukan pekerjaan pembersihan dan pengupasantop soils
b.Tanah digali dengan excavator dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar kerja yang disetujui.
c.Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan top soils ini akan dibuang kelokasipembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
d.Setelah dimensi dan elevasi galian pada pelebaran jalan tercapai sesuai dimensi dan elevasi rencana, makaakan dilakukan penyiapan dan pemadatan badan jalan (subgrade) pada lokasi galian tersebut.
e.Pada lokasi pelebaran jalan dimana terdapat pekerjaan timbunan pilihan, maka sebelum pekerjaanpenimbunan dengan timbunan pilihan dimulai, akan dilakukan trial section (penghamparan danpemadatan) untuk mendapatkan persetujuan terhadap metode kerja penumbunan yang akandilaksanakan. Bahan timbunan pilihan yang digunakan akan diangkut dengan dump truck dari Quarry.
f.Bila diperlukan maka pada lokasi pekerjaan timbunan biasa juga akan dilakukan trial section untukmendapatkan persetujuan terhadap metode kerja penimbunan yang akan dilaksanakan, sebelum pekerjaanpenimbunan biasa tersebut dilakukan. Bahan timbunan biasa yang digunakan akan diangkut dengan dumptruk dari lokasi pekerjaan.
g.Semua pekerjaan penimbunan akan dilakukan dengan penghamparan dan pemadatan lapis per lapis,dengan ketebalan gembur setiap lapisan tidak lebih dari 20 cm.
h.Lapisan terkhir dari timbunan pilihan maupun timbunan biasa akan dilakukan uji kepadatan denganmenggunakan alat Sand cone.


Pekerjaan Drainase
a.Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan elevasi dasar saluran,khususnya outlet dari existing saluran untuk menentukan ketinggian (arah dan kelandaian) saluranrencana dengan menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti dengan pemasangan patok serta profilkemiringan galian.b.

Saluran drainase yang ada, untuk sementara direlokasi agar tetap berfungsi sebelum pekerjaan drainaseyang permanen selesai dilaksakan, kondisi ini dimaksudkan untuk menjaga aliran air disekitar lokasiproyek dalam mengantisipasi musim hujan. Dewatering kemudian akan dilakukan terhadap salurandrainase lama yang dipindahkan, sebelum pekerjaan pelebaran jalan dilokasi bekas saluran drainasetersebut dilaksanakan.c.

Untuk menjaga kestabilan pekerjaan pelebaran jalan, maka pekerjaan penggalian dan penimbunanuntuk membentuk saluran drainase akan dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan progrespekerjaan tersebut diatas.d.

Pada daerah drainase yang telah tergali dan tebentuk serta elevasi dasar saluran telah sesuai dengandimensi gambar kerja yang disetujui dan juga telah dipadatkan, maka sesuai lokasi yang direncanakanakan dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan batu dengan mortar.e.

Untuk daerah saluran yang terbentuk dengan penimbunan, maka pekerjaan pemasangan batu kali akandikerjakan apabila pekerjaan penimbunan tersebut telah memperhatikan sesetabilan.

Pekerjaan Struktur Perkerasan Pelebaran Jalan,
a.Lapisan strukur perkerasan pada pelebaran jalan, akan dimulai dari urutan pekerjaan penghamparantimbunan pilihan, agregat kelas B, agregat kelas A, pekerjaan pengaspalan yang terdiri dari lapis ACBase, AC Binder dan AC WC.b.

Proses pemadatan akan dilakukan untuk menyiapkan tanah dasar sebelum timbunan pilihan,penyiapan badan jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pemadat mekanis danperapihannyadibantu dengan tenaga manusia.c.

Pekerjaan penghamparan lapis material timbunan pilihan, lapis pondasi bawah (agregat kelas B) danlapis pondasi atas (agregat kelas A), pada pekerjaan pelebaran akan dilakukan dengan menggunakanmotor grader dan dipadatkan lapis per lapis dengan menggunakan Tandem Roller. Untuk mendapatkankepadatan yang maksimum pada kadar air optimum yang direncanakan, maka dilapangan akanditempatkan satu unit water tank untuk sewaktu waktu akan diperlakukan dalam mengendalikan kadarair saat proses pemadatan.d.

Pekerjaan penghamparan dan pemadatan aspal panas (hotmix) diatas permukaan agregat A yang telahdiprime coat akan dilaksanakan / dimulai dengan lapisan AC Base, dilanjutkan dengan AC Binder danACWC.e.

Tack coat sebagai bonding akan dilakukan sebelum pekerjaan lapisan untul ACBC dan ACWC.
 
6.Pekerjaan Beton K-250
a.Sesuai gambar dalam dokumen tender, maka volume pekerjaan beton K-250 akan digunakan sesuaigambar atau petunjuk Direksi dan atau pekerjaan lainnya sesuai hasil field engineering yang telahdisetujui Direksi Pekerjaan.b.

Beton K-250 di produksi secara manual (concrete mixer). Material berupa pasir, semen dan agregatkasar diterima dilokasi pekerjaan.c.

Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan beton K-250 untuk pekerjaan diatas (butir a ) dapatdiuraikan secara berikut :
Pekerjaan akan dimulai dengan pembuatan shop drawings untuk kemudian dimintakanpersetujuannya dari Direksi Pekerjaan.
Baja Tulangan yang telah dirakit (cutting and bending) di base camp akan dibawa kelokasipekerjaan untuk dipasangkan sesuai shop drawings. Baja tulangan akan dipasangkan / diikatdengan menggunakan kawat beton.
Pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan dan pemasangan bekisting yang terbuat dari balok kayudan multiplex untuk membentuk dimensi struktur sesuai shop drawings.
Sebelum dilakukan pengecoran beton, maka semua hasil rakitan penulangan dan bekisting akandibersihkan terlebih dahulu dan dimintakan persetujuannya dari Direksi Pekerjaan.
Untuk menjaga agar tidak terjadi pemisahan agregat (segredasi) dari beton, maka pengecoranbeton akan dilakukan dengan menggunakan luncuran manual.
Selama proses pengecoran, beton akan diperiksa kekentalannya dengan uji slump dan terhadapbeton yang lolos uji, akan dituangkan dan pemadatan beton akan dilakukan dengan menggunakanconcrete vibrator sedemikian rupa agar tidak terjadi bleeding.
Untuk mengetahui kondisi kekuatan beton, maka atas persetujuan Direksi Pekerjaan, akandilakukan pengambilan dan pembuatan benda uji kubus/silinder.

V. PEKERJAAN PENUNJANG
Pekerjaan penunjang merupakan pekerjaan sementara yangmempengaruhi kelancaran / keberhasilanpennyelesaian
pekerjaan dan salah satunya adalah Manajemen Pengaturan Lalu Lintas.IV. 1. Manajemen Pengaturan Lalu LintasPengaturan lalu lintas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaanpekerjaan jalan ini . untuk setiap tahapan pekerjaan dan sepanjang waktu pelaksanaan, diupayakan tidakmengganggu aktifitas arus lalu lintas yang ada di jalan tersebut. Terhambatnya aktifitas arus lalu lintas dilokasi pekerjaan dan daerah sekitarnya akan menimbulkan kerugian bagi pengguna jalan dalam berbagaiaspek, safety bagi para pengguna jalan perlun mendapat jaminan agar tidak menimbulkan kerugian bagiseluruh pihak.Manajemen pengaturan lalu lintas dalam pelaksanaan pekerjaan dapat di lakukan dengan denganbewrbagai cara antara lain:1.

memasang berbagai jenis rambu rambu pengaman di sekitar lokasi pekerjaan secara tepat danbenar, baik secara fungsi bentuk dan lokasi penempatan sesuai spesifikasi dan ketentuan yang ada. 
Menempatkan petugas pengatur lalu lintas secara efektif dan efisien untuk mengatur danmengerahkan arus lalu lintas yang ada.
Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan yang ada. Pekerjaan pekerjaanyang akan menimbulkan gangguan besar (friction) terhadap arus lalu lintas, di atur jadwalnyasedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terlalu mengganggu arus lalu lintas yang adadan menimbulkan kepadatan arus lalulintas yang berarti.
Jika tidak memingkinkan melakukan pekerjaan pada siang hari, maka untuk pekrjaan tertentu seperti
overlay 
, akan dilakukan pada malam hari dengan memasang penerangan yang cukup, agar tidakmengganggu arus lalu lintas.

teknik pengaturan lalu lintas selama pekerjaan diperlihatkan didalam gambar terlampir.